Senin, 28 Desember 2009

ERGONOMI

KODE-FACEBOOK
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan
sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya
peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu
disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan
kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk
“fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan,
sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik
bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja
yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.
Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
- Tehnik
- Fisik
- Pengalaman psikis
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian
- Anthropometri
- Sosiologi
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up
take, pols, dan aktivitas otot.
- Desain, dll

Contoh :






Rabu, 01 Juli 2009

SAFETY REVIEW

KODE-FACEBOOK
• Merupakan metode hazards evaluation yang pertama kali dipakai
• Nama lain : process safety review / design review / loss prevention review
• Dapat dipakai pada semua tahap siklus sepanjang hidup ( lifetime )
• Bentuk kegiatan : Umumnya inspeksi lapangan, interview, baik dalam bentuk informal berupa pemeriksaan lapangan rutin, hingga dalam bentuk formal membentuk “team work” yang memakan waktu beberapa minggu.

TUJUAN
• Menjamin bahwa keadaan pabrik/plant, serta pelaksanaan proses operasi dan pemeliharaan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat
• Menekankan kesadaran para operator/teknisi untuk waspada terhadap process hazards
• Menemukan hazards baru pada “process change”
• Evaluasi terhadap “control and safety system”
• Evaluasi terhadap kelayakan pemeliharaan dan inspeksi K3

HASIL
• Merupakan analisa kualitatif
• Terdiri dari penjelasan terhadap permasalahan safety yang ditemukan serta rekomendasi yang disarankan
• Umumnya mengidentifikasi “major risk situation” dibanding masalah housekeeping rutin ataupun masalah moral

SUMBER DATA
• Kode dan standard
• Safety study sebelumnya
• P&ID’s
• PFD’s
• Prosedur kerja
• Record maintenance dan kecelakaan
• Karakteristik material yang digunakan dalam proses (MSDS)
• Etc

PROSEDUR PELAKSANAAN
 Persiapan review
 Pelaksanaan review
 Dokumentasi hasil review

CONTOH
Dalam sebuah perusahaan petrokimia besar yang cukup kompleks, sebuah unit telah beroperasi selama sekitar 30 tahun. Hasil evaluasi bisnis mengindikasikan unit ini secara ekonomis dapat dilanjutkan hingga 15-20 tahun lagi jika aspek keselamatan dapat dipenuhi.
Sebuah safety review dilaksanakan untuk mengevaluasi unit ini. Hasil review menunjukkan bahwa unit uni terpelihara cukup baik, peralatan dapat digunakan untuk 15 tahun kedepan. Bagaimanapun tim review mengidentifikasi beberapa masalah yang membutuhkan evaluasi tambahan, meliputi :
- Kapasitas unit telah ditingkatkan, namun ukuran safety relief valves dan flare headers belum pernah dievaluasi
- Kontrol pneumatik asli masih digunakan namun safety interlock tidak pernah dievaluasi berdasarkan standar yang berlaku
- Standar perusahaan tentang jarak anatara peralatan telah berubah, dan berdasarkan standar baru tersebut ditemukan banyak penyimpangan

Perusahaan menerima rekomendasi yang diberikan oleh tim review dan melakukan corrective action meliputi :
- Review desain pressure relief valve dan flare headers. Hasil evaluasi menambahkan safety relief valve dan memasang flare headers yang baru.
- Review desain sistem kontrol dan instrumentasi. Dipasang sistem kontrol modern yang direkomendasikan. Sistem tidak hanya menjadi lebih handal, namun juga menggunakan safety interlock yang tidak ada pada unit aslinya.
- Review jarak antar peralatan. Hal ini lebih sulit untuk diperbaiki. Beberapa tidak dapat dipenuhi dan diantisipasi dengan sistem lain (pemasangan heat activated sprinkler system untuk mengantisipasi kebakaran).Standar jarak menjadi pertimbangan keputusan pembuatan control room dengan jarak yang cukup jauh.

Selasa, 13 Januari 2009

NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL)

KODE-FACEBOOK
Pengertian dan Batasan
a.Bising
Ada beberapa ilmuwan yg mendefinisikan bising antara lain :
Dennis : bising adalah suara yg timbul dr getaran2 yg tidak teratur dan periodik.
Wall : bising ad suara yang mengganggu
Dari beberapa definisi tsb dapat disimpulkan bahwa bising mengandung makna subyektif, tergantung pd orang yg mendengarnya. Jika suatu suara tdk diinginkan, maka bagaimanapun merdunya suara tsb maka akan dianggap bising oleh orang yang tdk menyukainya (Allan, 1984). Allan menyatakan bahwa bising adalah sound in the wrong place and in the wrong time.
b.Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB)
Nilai ambang batas kebisingan di Indonesia diatur dengan dengan Kepmen No 51/KEPMEN/1999  NAB faktor fisik.
NAB kebisingan adalah intensitas dimana ≤ 85 dB jika pekerja terpajan secara terus menerus selama 8 jam sehari, 40 jam seminggu, maka sebagian besar tenaga kerja tsb tidak akan mengalami gangguan pendengaran.
c.Nilai Ambang Dengar (NAD)
NAD adalah intensitas terendah yg masih dapat didengar oleh telinga. Normalnya NAD ≤ 25 dBA (beberapa literature menyebutkan 20 dBA). Dikatakan mengalami kenaikan NAD jika orang baru mendengar suara lebih tinggi dari batasan tsb.

b. Penyakit pd parenkim (unit respiratori) paru

KODE-FACEBOOK
b.1 Exrinsic Allergic Alveolitis
Penyakit ini dapat disebabkan krn sensitisasi debu2 organik t.u debu dr spora jamur Actinomycetes yg banyak terdapat di pertanian, krn itu penyakit ini dikenal dgn “farmer lung disease”. Letak gangguannya lebih banyak terdapat di parenkim paru. Keluhan flu like symptom sering menyertai penyakit ini. Diduga mikroba yg hidup di AC dapat menyebabkan gangguan kesh ini.
b.2 Pneumokoniosis
Pneumoconiosis berasal dr kata pneumo = paru, conis = debu dan osis = keadaan. Terjadi krn deposit debu di alveolus. Kerusakan di paru ditandai dgn fibrosis dan emfisema.
Silikosis prevalensinya msh lebih banyak dibandingkan dgn pneumoconiosis yg lain. Agen penyebabnya ad debu silica bebas (free crystalline silica, SiO2) yg banyak terdapat pd pasir kwarsa & batu granit. Pekerjaan yg berisiko ad tambang, terowongan, sandblasting keramik. Dpt terjadi scr akut y.i beberapa bulan dan kronis setelah > 15 th. Penderita silicosis mempunyai resiko yg lebih tinggi terkena Ca paru.
Asbestosis terjadi akibat paparan debu (serat) asbestos. Kelainannya dpt berupa efusi pleural, fibrosis pleural, plag pleural & fibrosis intertitial, bisa juga menyebabkan Ca bronkus.
Coal Worker Pneumoconiosis (CWP) dikenal sbg “black lung” disebabkan oleh paparan batubara. Debu batubara umumnya mengandung silica bebas > 1 %, yg dikelompokkan debu yg potensial menyebabkan fibrosis paru.
b.Efek Sistemik
c.1 Debu
Beberapa debu spt debu timah hitam (dlm bentuk fume) & debu lain dgn ukuran sangat kecil (< 0,5 mikron) dpt terdifusi melalui alveolus kemudian terdifusi ke seluruh tubuh menyebabkan efek sistemik.
c.2 Gas Asfiksian Sederhana
Gas2 spt CO2, metana, asetilin, dll pd ruang tertutup (confined space) sering kadarnya meningkat shg akan menurunkan tekanan partial oksigen di atmosfir. Kondisi ini akan fatal bila tekanan turun sd 18 %. Normal tekanan partial oksigen ad 20 %.
c.3 Gas Asfiksian Chemical
Contoh gas ini ad CO dan Asam Sianida. CO mempunyai afinitas 300 kali thd hemoglobin dibandingkan dgn oksigen. Keberadaan gas ini akan mengganggu transport oksigen oleh Hb, shg terjadi kegagalan pernafasan. Sedangkan asam sianida bekerja menghambat enzim2 pernafasan (kelp sitokrom oksidase), shg proses respirasi sel (siklus kreb) akan terganggu

Macam-macam Penyakit Paru Kerja

KODE-FACEBOOK
Penyakit paru kerja meliputi berbagai jenis kelainan dengan factor penyebab yang beragam pula, dari aspek struktur saluran nafas dibedakan menjadi :
a.Penyakit pada Saluran Pernafasan (Airways)
Uap adalah zat dalam fase gas pada temperatur di bawah titik didih. Pada keadaan normal (suhu kamar, 1 atm) berbentuk padat atau cairan. Bahaya terhadap saluran pernafasan dapat melalui mekanisme berikut :

1. Menyebabkan asfiksia
2. Menyebabkan iritasi pada mukosa
3. Setelah mengalami difusi, menyebabkan efek sistemik.
Deposisi gas/uap pada saluran pernafasan bergantung pd solubilitasnya terhadap air. Gas iritan yang sangat larut air (mis: amonia, sulfur dioksida) pengaruhnya lebih pada saluran pernafasan atas (hidung, faring, laring). Sedangkan yg kurang larut dlm air pengaruhnya lebih ke saluran pernfsn bawah.
a.1 Gas/uap iritan
Efek utama ad peradangan pd mukosa saluran pernafasan (termasuk alveoli). Bergantung dr tingkat iritansi gas maupun sifat paparan (akut, kronis), peradangan yg terjadi jg bervariasi, ringan sampai berat. Pd kasus yg berat bisa fatal krn terjadinya odema yg hebat di sal nafas shg terjadi asfiksia. Akibat nyeri yg luar biasa bisa mengakibatkan syok.
Makin larut air, maka efek utama terjadi di sal nafas atas. Tetapi bila konsentrasinya sangat tinggi, sebagian gas akan sampai juga ke alveoli, sedangkan yg kurang larut air efek utamanya pd sal nafas bawah shg sering mengakibatkan odema paru dan sering fatal. Ada berbagai gas iritan
seperti:
Volatile organic compound
Sulfur dioksida
Amoniak
Klorin
Ozon
Asam hipoklorin
Larutan asam dan basa kuat
Asam kromat & kromat

a.2 Asthma Bronkiale
Asthma ad kondisi hiperreaktif dr sal pernafasan yg ditandai dgn adanya peradangan mukosa sal pernafasan dan spasme otot polos sub mukosa. Faktor utama ad genetic dimana seseorang akan lebih sensistif thd bhn kimia t3 yg berperan sbg sensitizer. Agen penyebab di tempat kerja antara lain :
isosianat : heksametilin diisosianat, difenilmetan diisosianat, toluene diisosianat (dlm cat & bhn plastik, poliuretan).
Acid nhidrid (hardening agent, epoxy adhesive, cat, polimer, polyester,dll)
Formaldehid
Fume dr rosin
Debu organic (biji2an, kayu cedar merah : mengandung asam plikatik)
Antibiotika

a.3 Bronkitis/bronkiolitis kronik.
Agen penyebab bronkhitis kronik yg sudah lama dikenal ad asap rokok. Beberapa faktor lingkungan kerja antara lain : fume dr proses pengelasan, kadmium, debu kapas, gas/uap iritan, debu biji2an.
Bronkitis kronik ad gangguan sal pernafasan yg ditandai dgn batuk2 produktif setiap hr selama sekurang-kurangnya 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut. Paparan dgn konsentrasi tinggi oleh atau fume iritan dapat menyebabkan bronkeolitis obliterans, dimana terjadi penyempitan sampai pembuntuan total bronkiol akibat proses fibrosis yg kronik di tempat tsb.

a.4 Kanker (Ca)
kejadian kanker bronchial (lazim disebut dgn kanker paru) akibat kerja sekitar 5 % dr kasus kanker di USA. Agen penyebab antara lain ad asbestos, radon, silika, kromium, kadmium, nikel, arsenik, berilium, bis (klorometil) eter dan klorometil etil eter. Risiko Ca paru akan meningkat bila terjadi pemaparan ganda (multiple) misalnya paparan asbestos dan asap rokok.

PENYAKIT PARU KERJA (OCCUPATIONAL LUNG DISEASE)

KODE-FACEBOOK
Disposisi Debu/Kabut dan Mekanisme Pembersihannya.
Debu atau kabut (mist) yg terhirup akan mengalami deposit pada sembarang tempat di mukosa saluran pernafasan.Tempat dimana debu akan terdeposisi debu dgn cara sedimentasi (krn pengaruh gaya gravitasi debu) atau dengan inertial impaction (perubahan aliran udara, krn struktur belokan) partikel yg berdiameter sangat kecil dapat terdifusi melalui alveolus.
Partikel dengan ukuran > 20 mikron, akan tersaring pd rambut hidung, 1-7 mikron paling potensial terdeposit pada alveolus (respirable partikel) terutama yg berukuran 2-4 mikron. Sedangkan yg < 1 mikron, hanya sekitar 10 % yang terdeposit di alveolus.
Paru memiliki mekanisme pembersihan (lung clearance) yaitu :
1) Mekanik : Batuk, bersin.
2) Mucocilliary escalator
3) Fagositosis : oleh makrofag alveolar.
Mekanisme ini menjadi kurang berfungsi akibat paparan asap rokok, alcohol atau penyakit imun.

TERAPI DAN PENCEGAHAN

KODE-FACEBOOK
TERAPI
1.Dipindahkan ke bagaian/pekerjaan lain yang berbeda dari sebelumnya.
2.Diberikan istirahat.
Hal ini diberikan pada keadaan yang akut, mis : keracunan gas.
3.Diberhentikan dari pekerjaan/rehabilitas, jika penyakitnya sampai menimbulkan cacat.


PENCEGAHAN
1.Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
2.Penyuluhan tentang K3.
3.Hygiene dan sanitasi lingkungan.
4.Pengendalian lingkungan keerja.
5.Penggunaan APD.

DIAGNOSA PAK

KODE-FACEBOOK
Dalam melakukan diagnosa PAK ini banyak dokter yang mengalami kesulitan, terutama yang belum pernah mendapatkan pelatihan K3, hal ini dikarenakan :
1.PAK mirip sekali dengan penyakit umum.
2.Pada PAK belumlah cukup bila hanya dengan pemeriksaan klinis saja, tetapi laboratories dan rontgentlogis.
3.Banyak dokter ataupun tenaga kesehatan yang bekerja di perusahaan kurang mendapat latihan untuk menentukan diagnosa PAK.

Banyak onset dari PAK yang timbul dalam waktu yang lama, sehingga mereka sudah melupakan kejadian waktu yang lampau.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1.Pemaparan yang adekwat.
Adekwat disini adalah meliputi lama waktu papar dan konsentrasi/intensity bahan yang cukup untuk menimbulkan penyakit. Hl ini bsa diketahui dari anamnesa dan pengukuran lingkungan kerja.
2.Adanya absorbsi material/bahan penyebab.
Perlupemeriksaan urine, darah, faeces, jaringan tubuh, rambut, dll. Terhadap adanya material/bahan yang sama dengan lingkungan kerja.
3.Adanya tanda-tanda dan gejala penyakit yang disebabkan material/bahan yang dicurigai. Bila tidak ada tanda/gejala mungkin hanya terdapat peningkatan absorbsi dan belum sampai pada tahap intoksikasi.

Beberapa karakteristik dari PAK adalah :
1. Merupakan hasil pemaparan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
2. Onset penyakit biasanya insidious dengan tanda dan gejala yang non spesifik, missal malaise, lesu.
3. Penyakit timbul semasa penderita bekerja, untuk beberapa jenis penyakit, penyakit tsb hilang jika tidak bekerja.

Untuk memudahkan diagnosa perlu langkah-langkah :
1.Anamnesa riwayat penyakit dan pekerjaan.
2.Pemeriksaan klinis.
Misal : gejala anemia, garis hitam di gusi merupakan tanda keracunan Pb.
3.Pemeriksaan laboratories.
4.Pemeriksaan radiologis.
Sangat dibutuhkan untuk pekerja yang terpapar debu.
5.Pemeriksaan langsung ke tempat kerja.
Untuk melihat bahan yang dipakai, dan pengukuran lingkungan kerja secara kuantitatif.
6.Adakah hubungan antara bekerja/tidak bekerja dengan gejala ataupun keluhan penyakit.
Rizal Irfan Fuadi

Buat Lencana Anda